MEMPERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA TAHUN 2025
.png)
Pemdes Pager, (01-10-2025) - Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila sebagai momen untuk mengenang dan meneguhkan kembali nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Dalam situasi global dan digital yang semakin dinamis, peringatan ini menjadi sangat penting sebagai pengingat bahwa persatuan dan kesatuan bukanlah hal yang otomatis terjaga melainkan harus diperkuat dan diperbarui dalam konteks zaman.
Hari Kesaktian Pancasila diresmikan melalui Keputusan Presiden No. 153 Tahun 1967, sebagai penanda betapa pentingnya kewaspadaan terhadap ideologi lain yang berupaya menggantikan atau melemahkan Pancasila. Peringatan ini tidak sekadar retrospeksi sejarah, tetapi juga momentum refleksi bagi seluruh elemen masyarakat agar nilai-nilai Pancasila hidup dalam tindakan sehari-hari.
Makna pokok dari peringatan ini mencakup:
- Penghormatan atas para pahlawan dan korban yang perjuangannya menjaga keutuhan bangsa
- Peneguhan kembali bahwa Pancasila adalah pondasi negara yang tidak bisa ditawar
- Penegasan bahwa, dalam setiap zaman dan tantangan baru (termasuk era digital), Pancasila harus tetap relevan sebagai pedoman bersama
Masuknya era digital membawa banyak manfaat: cepatnya akses informasi, keterhubungan jejaring sosial, kemudahan komunikasi lintas wilayah, dan lain-lain. Namun, era ini juga membawa tantangan serius bagi persatuan bangsa:
-
Penyebaran Hoaks, Disinformasi, dan Polarisasi
Di media sosial, berita tidak selalu melalui verifikasi. Informasi palsu atau hoaks dapat menyebar cepat dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat, memicu konflik identitas dan perpecahan sosial. -
Individualisme dan Fragmentasi Komunitas
Interaksi digital seringkali bersifat sesaat dan parsial—orang bisa berinteraksi dengan kelompok yang serupa pemikirannya (echo chamber). Ini berpotensi memperlemah rasa kebersamaan antar kelompok yang berbeda latar belakang. -
Budaya Asing dan Globalisasi Tak Terkontrol
Budaya digital global (musik, gaya hidup, budaya populer) mudah masuk dan mempengaruhi cara berpikir dan nilai kehidupan, terkadang tanpa filter nilai lokal dan nasional. -
Ketidakmampuan Literasi Digital
Banyak pengguna internet belum dilengkapi kemampuan menyaring informasi, berpikir kritis, atau memahami etika digital. Akibatnya, mereka rentan menjadi penyebar konten negatif tanpa sadar.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Pancasila harus menjadi “filter nilai” yang mengarahkan bagaimana kita bertindak secara online maupun offline.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025 walau tema nasionalnya “Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya” memberikan ruang refleksi bagi kita semua, termasuk di tingkat desa, untuk meneguhkan tekad bahwa Pancasila bukan sekadar warisan masa lalu, tapi pijakan hidup di masa depan.
Dengan mengusung gagasan “Pancasila Sebagai Dasar Penguatan Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Era Digital,” Desa Pager memiliki peluang untuk menjadi contoh nyata bahwa di desa pun, warga bisa bersinergi dalam menjaga persatuan melalui media digital yang sehat, kreatif, dan bermartabat.
Semoga dengan semangat Pancasila yang hidup dan terus diperbarui, kita semakin kuat dalam keberagaman, serta semakin maju bersama.
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin